Rabu, 08 April 2009

Musisi: Jangan Jadikan Indie Sekadar Tren



Bandung—Sejumlah musisi Bandung yang bergerak melalui jalur distribusi independen atau yang lebih dikenal dengan nama indie, berharap musik mereka tidak menjadi sekadar tren bagi kalangan anak muda.

Vokalis band indie legendaris Bandung Pure Saturday, Satria, saat ditemui di sela-sela LA Lights Indie Fest Bandung, minggu lalu, mengatakan geliat musik indie yang sedang naik saat ini tidak dijadikan sebagai peluang komersial, melainkan dijadikan momen untuk membesarkan band-band indie itu sendiri.

Festival musik independen seperti Indie Fest kali ini sangat bagus untuk membangkitkan semangat independen bagi para musisi indie. ”Hanya saja jangan dijadikan tren oleh pihak-pihak yang sekadar mencari keuntungan”, katanya.Hal senada disampaikan gitaris band Ballads of the Cliche, Erick. Festival-festival indie yang kini kerap diselenggarakan oleh berbagai pihak sebenarnya menjadi kesempatan besar bagi musisi indie baru yang ingin ”unjuk gigi”.

Namun, hal tersebut juga jangan sampai dijadikan semacam tren dan tidak merepresentasikan esensi dari musik indie itu sendiri, katanya. Karena sebenarnya, yang membedakan musik independen dengan musik yang bergerak di jalur ”major label” adalah semangat musisinya dalam memainkan musik mereka yang berbeda dengan musik lain yang cenderung lebih komersial.

”Musisi indie akan selalu bermain musik sesuai dengan hati mereka, bukan hanya sekadar untuk terlihat keren”, kata Satria. Ia juga mengatakan, musisi indie sejati tidak akan memainkan musik mereka menuruti keinginan pasar, tetapi karena musik yang mereka jalani telah menjadi gaya hidup mereka.

Kibordis Jelly Belly, Ngging, juga menyayangkan adanya kecenderungan bagi musisi indie yang sudah tidak lagi memiliki semangat indie. Salah satu band yang juga menjadi salah satu bintang tamu di Indie Fest, katanya, rela mengganti nama band mereka ketika mereka menandatangani kontrak dengan salah satu label besar Indonesia. Padahal, seharusnya musisi indie harus bisa mempertahankan gaya bermusik maupun pendapat mereka. ”Mereka harus memiliki style mereka sendiri, dan jangan sampai berubah hanya karena ingin terkenal”, katanya.

Selengkapnya..
Urban Art, Seni Yang Menghampiri Publik
Urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan kota, dimana perkembangan itu kemudian melahirkan sistem di masyarakat yang secara struktur dan kultur berbeda dengan struktur dan kultur masyarakat pedesaan. Saat ini seni bukan lagi sekedar berlatar belakang tradisi tapi justru lebih merespon tradisi-tradisi baru terutama di daerah perkotaan yang secara demografis dihuni oleh anggota masyarakat yang sangat heterogenUrban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematikanya. Maka munculah usaha dari sekelompok orang untuk memamerkan dan mendatangkan seni ditengah-tengah masyarakat dengan cara melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang ditampilkan adalah ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi dan mendominasi masyarakat urban mencakup masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya. Melalui media seni dan dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan kapitalisasi kota itu sendiri. Zaman sekarang seni bukan lagi sebuah representasi yang ditampilakan digaleri saja, tapi sebuah media ekspresi yang bertarung di fasilitas publik dengan media lainnya seperti iklan di TV, billboard iklan, poster promosi, baligo dan lain-lain. Semua media ekspresi tersebut mendominasi dihampir setiap fasilitas publik.

Urban art berhasil memangkas hubungan yang berjarak antara publik sebagai apresiator dengan sebuah karya seni. Menggantikan fungsi seni yang tadinya agung, klasik, murni, tinggi serta tradisional. Seni diposisikan sebagai sesuatu yang konservatif dan sarat dengan nilai pengagungan. Urban art berhasil meruntuhkan nilai-nilai tersebut dengan cara menghadirkannya ke tengah publik melalui media-media yang erat dengan keseharian masyarakat kota. Bila menarik elemen lokal dalam urban art, lukisan di bak truk dan becak adalah contoh urban art.

Tujuan urban art lebih berakar pada perbedaan sikap politik, anti kemapanan, vandalisme dan perlawanan terhadap sistem dominan dimasyarakat. Bentuk konkret urban art bisa bermacam-macam sepanjang karya seni itu mengusung spirit dinamika urban. Di kota Bandung kita bisa melihat semua ekspresi semangat urban itu dalam berbagai bentuk. Seperti komunitas musik punk yang kerap menggelar street gigs di bawah jembatan layang Pasupati, seniman tradisi yang rutin menggelar kesenian pencak silat di taman Cikapayang atau juga lukisan-lukisan mural ditiang-tiang jembatan layang Pasupati.

Pada akhirnya urban art berhasil dikomodifikasi oleh komunitasnya sendiri. Bentuk-bentuk kesenian terutama seni mural dan grafiti sekarang terutama di kota Bandung lambat laun berhasil menjadi sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis. Banyak para seniman mural dan grafiti yang mengekspresikan ide mereka dengan para pemilik distro atau clothing di Bandung. Para pemilik distro ini memfasilitasi para seniman tersebut dengan menyediakan space/lahan untuk berekspresi. Selain memberikan nilai estetika pada toko, mereka juga ikut memberikan penyaluran terhadap keinginan seniman tersebut untuk berkarya.

Selengkapnya..